Saturday, March 17, 2012

Manusia sudah sangat banyak

Menurut data dinas kependudukan provinsi DKI Jakarta, pada November 2011 jumlah penduduk Propinsi DKI Jakarta adalah 10.187.595 jiwa. Jumlah ini adalah penduduk yang sempat terdata. Masih banyak penduduk tak terdata yang harus berebut space seluas 740 km persegi tersebut. 

Pernahkan terbayangkan apa yang dilakukan manusia sebanyak itu di siang hari?
Masih cukupkan ruang untuk bernafas bagi manusia sebanyak itu? belum lagi jika kita menghitung jumlah penduduk kota satelit disekitarnya yang datang bekerja di Jakarta pada siang hari, diantaranya dari Bogor, Tangerang, Bekasi, Depok dan beberapa tempat lainnya.

Beberapa indikator bahwa Ibu Kota negara Republik Indonesia ini sudah terlalu sumpek adalah kemacetan rutin setiap hari. Untuk menempuh jalan mulus sepanjang 1 km kadang dibutuhkan 1 jam perjalanan. Pada jam - jam tertentu, Bus transjakarta yang bebadan lebar dan panjang tidak mampu menampung jumlah penumpang yang sudah mengantre di semua halte-halte, padahal pada saat yang sama bus kota konvensional juga sangat penuh sesak dengan penumpang, demikian juga dengan kereta api tidak memberi kita ruang untuk bergerak lagi dalam posisi berdiri pada jam yang sama dimana bus konvensional dan bus way penuh sesak. pengendara motor pun setali tiga uang tidak mampu ditampung oleh jalan raya yang lebar sampai harus mengambil jalur trotoar.

Jika ledakan manusia ini tidak dikelolah dengan baik maka bukan tidak mungkin akan menimbulkan peperangan dalam arti yang sesungguhnya. Dalam keadaan sekarangpun tindakan - tindakan kekerasan sudah menjadi pemandangan sehari - hari akibat rebutan lahan penghidupan.

Dalam setting Barat, Pasca perang dunia kedua, kita mengenal generasi Baby Boomer, yaitu mereka yang lahir antara tahun 1946 and 1964. Disebut Baby Boomer karena saat itulah ledakan penduduk pertama. dalam beberapa dekader terakhir, walaupun generasi sekarang sudah disebut generasi Z/generasi teks atau generasi I (internet) atau Marc Prensky menyebutnya "Digital Natives", tetapi eskalasi dan laju ledakan penduduk terus menunjukkan nilai perkembangan eksponensial yang sangat mengkhawatirkan terutama di kota - kota besar termasuk Jakarta.

Apa sebenarnya yang harus dilakukan Jakarta untuk mengadaptasi ledakan penduduk ini.

Saya kira mendistribusi pusat - pusat pertumbuhan ekonomi ke seluruh tanah air akan membantu mendorong penyebaran penduduk yang merata. Beban Jakarta sebagai ibu kota negara juga akan berkurang. Yang dibutuhkan sekarang dalam kerangka distribusi pusat pertumbuhan ekonomi tersebut adalah political will. Pemerintah bersama parlemen menjadi pemain utama. Apakah mereka mempunyai kemauan baik atau akan terus mengeksploitasi sumber - sumber daya alam daerah untuk dibawah ke Jakarta secara tidak berkeadilan.

Manusia memang sudah sangat banyak. Semoga kita mampu mengelolah jumlah yang banyak ini.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah memberi komentar