Masih terkait peristiwa di Sinabung pada Bulan Februari 2014. Banyak catatan yang mangkrak di kertas akibat waktu yang tidak cukup. Rasanya 24 jam sehari tidak pernah cukup untuk melakukan banyak hal yang kita inginkan. Ini adalah ringkasan perjalanan kedua. Itu artinya memang ada perjalanan pertama yang menyisahkan banyak kepedihan. Goresan pertama belum sepenuhnya tertuang dalam layar komputer karena waktu yang tidak terlalu banyak. Bulan ini memang tidak ada lagi tugas mata kuliah. Namun ancaman kesibukan lebih besar telah tiba yakni Tesis.
Setelah kembali dari Kutacane
pada tanggal 3 Februari 2014, saya bersama korwil I dan teman-teman
mepersiapkan segala sesuatunya di Kabanjahe. Termasuk menjumpai moderamen,
media dan sebagainya. Kami juga mempersiapkan dana santunan yang dikumpulkan
oleh seluruh civitas GMKI se-tanah air.
Terima kasih untuk kita semua
yang telah berpartisipasi dalam pengumpulan dana untuk keluarga saudara-saudara
kita yang gugur dalam pelayanannya di Sinabung, Sumatera Utara tanggal 1
Februari 2014. Dalam perkunjungan kami yang kedua tanggal 6 – 8 Februari 2014, Setelah
kami rekapitulasi dana yang terkumpul hingga tanggal 5 Februari 2014, kita dapat menyampaikan santunan masing-masing
Rp. 8 juta kepada tiap keluarga. Kita semua juga menyampaikan terima kasih
kepada Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) yang memberikan santunan
kepada tiap keluarga.
Saya menyampaikan salam dan doa
seluruh civitas GMKI, Gereja-gereja di Indonesia (PGI), WSCF, Mahasiswa dan
seluruh handai taulan yang tergugah jiwa kemanusiaannya atas peristiwa itu
kepada keluarga. Keluarga saudara-saudara kita masih sangat memerlukan topangan
doa dari kita semua untuk saling menguatkan dalam iman dan pengharapan. Saya
menegaskan pada keluarga “bahwa kami
menyadari santunan yang kami berikan sama sekali tidak bisa menghapus
kesedihan karena penghiburan sejati kita adalah dari Yesus Kristus yang empunya
kehidupan. Nilai santunan kami tidak sebanding dengan pengorbanan, inspirasi
dan semangat pengabdian yang digelorakan oleh saudara-saudara kita. Oleh Karena
itu, Mahasiswa dan para senior mengumpulkan ini dengan ketulusan disertai doa
penguatan, kiranya keluarga berkenan menerima dan bermanfaat.”
Keluarga sangat terharu dengan
solidaritas ini dan mengirimkan salam kepada kita semua. Sesungguhnya banyak
pesan dan doa yang juga disampaikan kepada kami namun saya hanya mencatat
rangkuman-rangkumannya. Dalam tulisan yang lain semoga saya bisa memuatnya.
Saya selalu menutup percakapan
kami dengan permohonan untuk menerima GMKI sebagai bagian dari keluarga mereka.
Siapapun anggota dan senior GMKI menjadi bagian dari keluarga mereka meskipun
saudara (i) kita yang menjadi korban sudah tidak hadir secara fisik dalam
keluarga itu. Kalimat berulang itu: “Saya memohon ini karena kami tidak punya
saudara kandung di sini, tetapi kami punya panggilan pelayanan di sini.”
Atasnya, rumah keluarga di Kabanjahe dan Kutacane selalu terbuka. Mampirlah ke
sana jika suatu kelak ada tugas atau pekerjaan di Kutacane/Kabanjahe.
Adapun sisa dana yang terkumpul
setelah tanggal 5 Februari 2014 akan
digunakan untuk; pertama: Membantu pelayanan GMKI Cabang Kutacane. Kedua, mengecat warna biru dan memasang plang di Rumah
alm Fitri Napitupulu di Kutacane dan Mahal Surbakti di Kabanjahe sebagai rumah persekutuan
GMKI yang dapat terus digunakan oleh kader-kader GMKI untuk panca kegiatannya. Ketiga, melanjutkan pelayanan Fitri Napitulu dkk di
Kabanjahe, Tanah Karo dengan mengadakan posko relawan untuk fokus pada pendidikan anak, hiburan, trauma healing, dan
sejenisnya untuk menopang pelayanan gereja yang dilaksanakan oleh GBKP.
Saya bersama korwil I, Abang
Gabarel Sinaga, Rijon Manalu dan Welmar Hutabarat yang datang khusus dari Bogor
beserta 80an anggota GMKI dari Medan,
Tarutung, Pematang Siantar, Sibolga, Kabanjahe,
Sidikalang, Gunung Sitoli, Teluk Dalam, dan Kutacane menyelenggarakan ibadah
dan pelepasan jenasah serta menghadiri pemakaman beberapa korban.
Atas seluruh proses itu, Secara khusus
kami menyampaikan terima kasih kepada
1. Moderamen GBKP bersama dengan relawannya,
Relawan KNPI Tanahkaro, Karang Taruna dan warga setempat yang melakukan
evakuasi di Kaki gunung sinabung.
2. Senior members/friends yang memfasilitasi
perjalanan kami. Saya tidak mampu menyebut nama mereka semua satu per satu.
3. Moderamen GBKP
dan salah satu jemaat HKBP di Kutacane yang menampung kami untuk
menginap dalam gedung gereja dalam perjalanan tersebut.
4. World Student Christian Federation Inter
Regional Office dan Asia Pacific Region
5. Teman-teman kelompok cipayung dan mahasiswa se
tanah air
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah memberi komentar