Tulisan ini
saya catat setelah melakukan bedah buku “Sosok dan gagasan Cemerlang Binsar Sianipar”
pada medio agustus 2013. Saya hanya
mengambil bagian kecil dari isi pikiran Bang Binsar karena begitu luasnya
wawasan dan kajian beliau dalam buku
tersebut khususnya tentang globalisasi dan
masa depan Indonesia. Setelah membaca bagian-bagian buku yang ditulis oleh
wartawan senior Aco Manafe tersebut saya berani menyimpulkan bahwa Binsar
sesungguhnya seorang Futurolog yang dimiliki oleh bangsa ini.
Membaca gagasan Binsar
Sianipar tentang keindonesiaan seakan kita hendak menguraikan setiap detail
situasi tantangan bangsa ini jauh ke depan melampaui jaman yang sedang dilalui.
Dalam perspektif Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia, keteladanan beliau terasa
semakin lengkap atas kontribusinya membangun jemaat dan warga gereja secara
komprehensif. Dengan membangun kualitas hidup warga gereja, maka pada saat yang
sama kita sedang membangun Bangsa Indonesia menjadi lebih kuat dan mapan
menghadapi masa depannya.
Apa yang diterawang baik
secara imajiner maupun atas hasil analisis ilmiah oleh Binsar Sianipar ternyata
perlahan menjadi kenyataan. Globalisasi pada abad 21 yang membawah bangsa-bangsa semakin terbuka tanpa
batas geografis yang jelas telah disarankan untuk diantisipasi oleh beliau jauh
sebelum situasi tersebut menjadi nyata. Nasionalisme kuat bangsa-bangsa yang
lahir pasca perang dunia ke-2 perlahan terkikis oleh institusi supranasional
berupa kekuatan kawasan. Bangsa-bangsa Eropa yang dulunya mengagung-agungkan
negara mereka tanpa kohesi regional yang kuat akhirnya menjadi kuburan nasionalisme dengan unifikasi
kawasan yang terlembaga resmi. Atau kawasan Asean yang pada tahun depan akan melebur dalam satu komunitas pasar
tunggal. Penguatan kawasan tersebut yang dalam studi hubungan internasional
lebih dikenal sebagai regionalime telah hadir dalam bentuk-bentuk kerjasama antar
bangsa. Koalisi regional tersebut ternyata
pendekatannya tidak sekedar kawasan geografis tetapi juga berdasarkan
kepentingan – kepentingan praktis dan ideologis lainnya. Bentuk tersebut misalnya nampak dalam kekuatan
poros ekonomi dunia baru yakni BRICS (Brasil, Rusia, India, China dan South
Afrika).
Yang lebih mencengangkan
tentulah lahirnya Tiongkok sebagai kekuatan ekonomi dunia baru. Sebagai sebuah
raksasa ekonomi, tentunya ia membagi peran dan dominasi Amerika sebagai negara
adi kuasa. Untuk mengamankan kepentingan ekonominya, kebijakan mereka tentunya
dibarengi dengan penguatan armada perang yang memadai. Ada dua macam relasi
antar bangsa yang dikenal dalam hubungan internasional yakni kerjasama dan
konflik. Kebangkitan Tiongkok tentulah berdampak pada relasi internasionalnya
baik kerjasama maupun konflik. Faktanya memang, negara tirai bambu tersebut
sangat arogan dalam menentukan wilayah kekuasaannya di Laut China Selatan. Ini
tentu melahirkan konflik dan banyak negara secara opensif mengerahkan kekuatan
perangnya ke kawasan tersebut. Binsar Sianipar telah mengingatkan peran
strategis china dalam perdamaian dunia jauh sebelum negara itu menjadi salah
satu poros utama kekuatan global. Perlu kita ingat bahwa China bermasalah soal tapal batas zona ekonomi
ekslusif dan klaim geografis dengan seluruh negara yang berbatasan langsung
dengan Laut China Selatan. TErmasuk Amerika Serikat dan Inggris yang menempatkan
kekuatan militenya di daerah yang mereka sebut sebagai laut bebas
internasional.
Indonesia menghadapi hari esok
Lalu yang lebih penting hari
ini adalah membicarakan apa yang sebaiknya dilakukan oleh Indonesia dalam menghadapi masa depannya. Dalam skala global
dan jangka panjang, Indonesia akan berhadapan dengan dinamika serta konfigurasi
geopolitik dunia yang memindahkan konflik antar bangsa dari Timur Tengah ke
kawasan Asia Pasifik. Sementara itu, dalam jangka pendek, indonesia harus
menghadapi penerapan berbagai perjanjian perdagangan bebas bilateral,
multilateral misalnya pasar tunggal Asean yang menuntut penduduk indonesia
lebih kompetitif. Dengan paradigma berpikir outward
looking, maka seharusnya bangsa Indonesia memandang dinamika tersebut
sebagai peluang untuk menjadi negara besar dan maju. Jalur perdagangan sibuk
dunia yang ada di Indonesia misalnya harus dimaksimalkan pengaturannya agar
memberi manfaat dan keuntungan bagi masyarakat bangsa Indonesia. Menyiapkan
sumber daya manusia kompetitif yang beroritensi global bisa membantu indonesia
terhindar dari jebakan kelas menengah yang memang sedang mengancam. Indonesia
juga harus memaksimalkan keuntungan demografi atas
komposisi jumlah penduduk produktif jauh lebih besar. Dalam hal praktis
misalnya industri berbasis teknologi menjadi syarat mutlak.
Menurut hasil penelitian
Bank dunia yang dipublis pada tahun 2011, Indonesia berpotensi menjadi negara
maju menyusul Malaysia dan Korea Selatan yang mengalami lompatan dari ekonomi
menengah. Namun bukan berarti Indonesia benar-benar terhindar dari status middle income trap jika kualitas sumber
daya manusianya tidak di up grade.
Dalam kerangka tersebut, maka mahasiswa dan kaum intelektual lainnya memegang
peranan penting. Student revolution
yang digambarkan oleh Binsar Sianipar dengan fase-fasenya memang perlu
diterjemahkan dalam konteks kekinian yang lebih mutakhir. Para
pelajar/mahasiswa harus menyiapkan keunggulan competitifnya untuk turut serta
dalam pengambilan keputusan atau decision
making.
Dalam perspektif lain,
Indonesia juga sebenarnya berada dalam ancaman negara gagal. Lemahnya
perlindungan hukum, Penegakan HAM serta pelindungan terhadap kelompok
minoritas. Yang lebih terasa benar adalah ketimpangan antara orang kaya dan
miskin. Pertumbuhan ekonomi yang dibanggakan perlu dievaluasi seberapa besar ia
berdampak bagi masyarakat menengah kebawah. Untuk keluar dari ancaman tersebut,
maka konsolidasi demokrasi untuk transisi kepemimpinan nasional menjadi
penting.
Indonesia akan menghadapi
pemilu pada tahun 2014. Seharusnya pemilu tersebut menjadi momentum strategis
untuk mengakhiri transisi demokrasi yang sudah kita kawal. Dibutuhkan
integritas dan moral yang baik dari seluruh penyelenggara maupun pemimpin
bangsa ini untuk menuju indonesia yang dicita-citakan itu. Indonesia akan semakin
disegani dalam percaturan geostrategis global jika pemimpinya mempunyai
karakter yang kuat.
Pancasila sebagai pemandu moral dan karakter
Untuk menjalankan seluruh
agenda pembangunan nasional tersebut,
harus dibarengi dengan karakter dan moral yang baik. Secara bulat, bangsa ini
sudah menyetujui pancasila sebagai dasar bernegara yang bisa menjadi pemandu ideologis
bangsa ini mengisi kemerdekaannya. Keberagaman yang sejatinya pemberian dan
anugerah Tuhan haruslah diterima dengan ungkapan syukur tanpa harus mempersoalkan
dan memaksakan untuk sama. Pancasila sudah mengakomodasi kepentingan seluruh
sendi kehidupan berbangsa sehingga haruslah dijiwai dan dijadikan pemandu moral
untuk membawah bangsa ini menjadi lebih kuat dan disegani.
Dengan memahami secara benar
esensi dan substansi yang diinginkan oleh Pancasila, maka negara ini akan kuat
di semua sektor kehidupannya. Pancasila yang lahir dari bumi Indonesia tetap
diperlengkapi dengan konsepsi keimanan yang ada dalam hati setiap warga negara.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah memberi komentar