Saya tiba di Incheon International
Airport sekitar pukul 07.05 pagi tanggal 24 Oktober 2013. Saya akan menghadiri beberapa kegiatan di Korea Selatan dalam rangkaian 10th World Council of Churches di Busan. Sebelumnya 24-26 Oktober 2013 saya harus menghadiri Peace Symposium di Gyeonggi Do, Seoul. Tanggal 28 - 29 menghadiri Youth Pre-Assembly di Busan dan 30 Oktober - 8 Nov akan menghadiri WCC Assembly dengan pembagian peran secara profesional oleh Christine Housel, WSCF General Secretary selama kegiatan berlangsung.
Teman-teman dari Korean Student Christian
Federation (KSCF) sudah menyiapkan penjempuatan di bandara. Dari Airport kami
langsung menuju ke tempat berlangsungnya global exco meeting di Gyeonggi Do
sekitar 2 jam dari Seoul. Global exco (executive committee) meeting merupakan
pertemuan pengurus WSCF Global dari enam region yang ada bersama fulltimer
staff. Keenam region tersebut ialah Asia Pasific, Timur Tengah, North America,
Eropa, Africa, Amerika Latin dan Caribian. Kantor Regional setiap wilayah WSCF masing-masing berkedudukan di Nairobi, Hong Kong, Budapest, Buenos Aires, Beirut dan Toronto. Untuk Exco member dari Asia Pasific diisi oleh Immanuel Gopalakitnan dari SCM Sri Lanka dan Browyn dari SCM Australia.
Saya dan Tun Tun Oo, sekretaris
jenderal SCM Myanmar berkesempatan untuk mengikuti study meeting
mereka di hari ini. Bapak Lee Kyung dari Human Rights Center for Migrant
Workers membagi pengalamannya sebagai counselor yang banyak menerima pengaduan
dari tenaga kerja luar negeri di Korea. Ia bercerita tentang banyaknya masalah
kemanusiaan yang dihadapi tenaga kerja asing termasuk dari Indonesia di Korea. Mulai
dari gaji yang tidak dibayarkan, kendala bahasa dan budaya yang membuat mereka
terpaksa mengalami kecelakaan kerja, dan banyak kasus lainnya.
Poin paling penting yang menurut saya
perlu pendalaman serius adalah apa yang disampaikan Lee Kyung tentang kaitan
aktivitasnya dikaitkan dengan doktrin teologis umat Kristen. Masalahnya
(menurut dia) adalah atas dasar apa ia sebagai umat
Kristen harus banyak membantu para pekerja tersebut bahkan mengadvokasi hingga
ke pengadilan sementara mereka mempunyai iman yang berbeda. Ternyata
membantu umat beragama lain di Korea masih menjadi perdebatan di kalangan umat Kristen
di Korea. Belakangan saya tahu bahwa ternyata WCC Assembly yang diselenggarakan
di Busan Korea Selatan juga ditolak oleh sebagian kelompok Kristen konservatif
di Korea. Mereka menggelar demonstrasi di sekitar lokasi kegiatan di Busan.
Saya tidak mampu ingin membagi banyak
hal tentang kajian teologis bagaimana menjawab masalah yang dihadapi Lee Kyung
di Korea. Namun, Bagi warga gereja di Indonesia, perspektif orang Kristen di
Korea tidak lagi menjadi masalah. Meskipun saya kira di beberapa tempat di
Indonesia masih menjadi perdebatan. Namun secara pribadi dan tentunya
dipengaruhi oleh aktivitas saya dalam gerakan ekumenikal, saya sangat percaya
bahwa Tuhan itu baik pada semua orang. Oleh karena itu, ia baik tidak saja
kepada orang beragama Kristen tetapi seluruh umat manusia bahkan mahkluk
ciptaannya. Ia hadir dan membagi berkatNya, membagi kasihNya kepada siapa saja
termasuk mereka yang tidak beragama sekalipun. Sebagai anak-anaknya, kita
menjadi katalisator dalam membagi berkat tersebut. Oleh karena itu, jadilah
saluran berkat pada semua orang. Melakukan yang terbaik bagi siapa saja berarti
kita membiarkan diri kita menjadi alatNya untuk menunjukkan sekaligus
menegaskan dan menjadi saksi hidup bahwa Ia (Tuhan) itu baik pada semua orang.
Sesungguhnya ini cerita hari pertama.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah memberi komentar