Friday, May 4, 2012

Obituari: Kisah Hidup Dokter Endang Penuh Inspiratif (Sambungan)

Saya sementara menuliskan catatan bagian pertama kemarin, saat tiba - tiba laptop dipinjam teman untuk mengecek emailnya.
Memulai Karir di Desa Terpencil
Harian Republika edisi kemarin, 3 Mei 2012 menurunkan kisah Menkes yang mengawali karir dokternya di Desa Waipare, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Ibu Endang mengawali tugasnya sebagai menteri pada tahun 2009 dengan mengunjungi desa tersebut. Masyarakat desa bahkan masih memanggil ibu menteri tersebut sebagai dokter Endang yang pernah menjadi kepala puskesmas di desa terpencil sekitar tiga puluh tahun lalu itu. Saya tidak bermaksud mengulas kembali apa yang telah disampaikan media kemarin tetapi mental merakyat dan humanis yang ada dalam diri seorang dokter Endang melekat sampai saat dia menjadi Pejabat negara ternyata tersemai saat almarhum bertugas di desa terpencil tanpa listrik dengan akses transportasi minim di masa mudanya.

Seorang Dokter Endang kepala puskesmas berumur dua puluh lima tahun yang mempunyai seorang anak kecil harus berjalan naik turun gunung selama setengah hari untuk bertemu suaminya di desa tetangga. peran ibu, dokter dan sekaligus figur terdidik di tengah masyarakat paguyuban yang belum mengenal pengobatan modern, tanpa listrik, tanpa akses transportasi dan harus menandah air hujan di musim hujan untuk bekal air bersih di musim kemarau membuatnya menyadari benar bahwa ada hal besar yang harus dilakukan terhadap bangsa ini.  Ketika beliau ditunjuk menjadi menteri dan sadar mengidap penyakit kanker justru semakin membuatnya giat bekerja sebagai menteri (berdasarkan testimoni para sahabat di harian republika edisi 3 Mei 2012). 

Berkarya Sampai Akhir Hayat
Saat Dokter Endang dirawat di RSCM di masa - masa akhir hidupnya, ternyata almarhum masih menyempatkan diri memberi karya terbaiknya bagi umat manusia. Beliau sempat menulis catatan terakhirnya yang dituliskannya saat terbaring lemah di RSCM selama bulan April 2012. Beliau masih menghasilkan buku berjudul Untaian Garnet dalam Hidupku yang banyak memberi inspirasi siapa saja yang membacanya. Saat terakhir dan mungkin sebagai dokter beliau tahu tentang vonis medis yang harus dihadapinya beliau tidak ingin hari - harinya berlalu dengan sia - sia. Lalu bagaimana dengan kita yang masih sehat dan bisa beraktivitas normal?

Menghembuskan Nafas di Gedung yang diresmikannya
Ibu Endang menghembuskan nafas terakhir di pavilium Kencana yang diresmikannya pada tahun 2012. RSCM Kencana yang terletak di Jalan Diponegoro tersebut diresmikan Menteri kesehatan perempuan tersebut pada tanggal 7 Mei 2010.

Banyak lagi kisah inspiratif dari seorang Dokter Endang yang saya tidak paparkan satu per satu. misalnya saat beliau diminta presiden menjadi menteri pada detik - detik terakhir sehari sebelum pelantikan kabinet pada tahun 2009, atau saat beliau melakukan penelitian di lokalisasi kramat tunggak dan harus live in dengan para penghuni lokalisasi, dll

Kami mengakhiri pertemuan dengan menteri hari itu setelah hampir 90 menit berbagi kisah. Sebagai Dokter, beliau menyadari bahwa kanker merupakan ancaman baginya, tetapi tak sedikitpun guratan diwajahnya menampakkan kekhawatiran akan hal tersebut. Ceria dan penuh canda. Bahkan Headline Suara pembaruan menuliskan "Menkes: Rencana Tuhan Indah Pada Waktunya"

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah memberi komentar