Friday, August 16, 2013

Bacaan Seorang Futurolog sejati: Mengulas gagasan cemerleng Binsar Sianipar



Tulisan ini saya catat setelah melakukan bedah buku “Sosok dan gagasan Cemerlang Binsar Sianipar” pada medio agustus 2013.  Saya hanya mengambil bagian kecil dari isi pikiran Bang Binsar karena begitu luasnya wawasan dan kajian beliau dalam buku
tersebut khususnya tentang globalisasi dan masa depan Indonesia. Setelah membaca bagian-bagian buku yang ditulis oleh wartawan senior Aco Manafe tersebut saya berani menyimpulkan bahwa Binsar sesungguhnya seorang Futurolog yang dimiliki oleh bangsa ini.
Membaca gagasan Binsar Sianipar tentang keindonesiaan seakan kita hendak menguraikan setiap detail situasi tantangan bangsa ini jauh ke depan melampaui jaman yang sedang dilalui. Dalam perspektif Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia, keteladanan beliau terasa semakin lengkap atas kontribusinya membangun jemaat dan warga gereja secara komprehensif. Dengan membangun kualitas hidup warga gereja, maka pada saat yang sama kita sedang membangun Bangsa Indonesia menjadi lebih kuat dan mapan menghadapi masa depannya.
Apa yang diterawang baik secara imajiner maupun atas hasil analisis ilmiah oleh Binsar Sianipar ternyata perlahan menjadi kenyataan. Globalisasi pada abad 21 yang  membawah bangsa-bangsa semakin terbuka tanpa batas geografis yang jelas telah disarankan untuk diantisipasi oleh beliau jauh sebelum situasi tersebut menjadi nyata. Nasionalisme kuat bangsa-bangsa yang lahir pasca perang dunia ke-2 perlahan terkikis oleh institusi supranasional berupa kekuatan kawasan. Bangsa-bangsa Eropa yang dulunya mengagung-agungkan negara mereka tanpa kohesi regional yang kuat akhirnya  menjadi kuburan nasionalisme dengan unifikasi kawasan yang terlembaga resmi. Atau kawasan Asean yang pada tahun depan  akan melebur dalam satu komunitas pasar tunggal. Penguatan kawasan tersebut yang dalam studi hubungan internasional lebih dikenal sebagai regionalime telah hadir dalam bentuk-bentuk kerjasama antar bangsa.  Koalisi regional tersebut ternyata pendekatannya tidak sekedar kawasan geografis tetapi juga berdasarkan kepentingan – kepentingan praktis dan ideologis lainnya.  Bentuk tersebut misalnya nampak dalam kekuatan poros ekonomi dunia baru yakni BRICS (Brasil, Rusia, India, China dan South Afrika).
Yang lebih mencengangkan tentulah lahirnya Tiongkok sebagai kekuatan ekonomi dunia baru. Sebagai sebuah raksasa ekonomi, tentunya ia membagi peran dan dominasi Amerika sebagai negara adi kuasa. Untuk mengamankan kepentingan ekonominya, kebijakan mereka tentunya dibarengi dengan penguatan armada perang yang memadai. Ada dua macam relasi antar bangsa yang dikenal dalam hubungan internasional yakni kerjasama dan konflik. Kebangkitan Tiongkok tentulah berdampak pada relasi internasionalnya baik kerjasama maupun konflik. Faktanya memang, negara tirai bambu tersebut sangat arogan dalam menentukan wilayah kekuasaannya di Laut China Selatan. Ini tentu melahirkan konflik dan banyak negara secara opensif mengerahkan kekuatan perangnya ke kawasan tersebut. Binsar Sianipar telah mengingatkan peran strategis china dalam perdamaian dunia jauh sebelum negara itu menjadi salah satu poros utama kekuatan global.  Perlu kita ingat bahwa China bermasalah soal tapal batas zona ekonomi ekslusif dan klaim geografis dengan seluruh negara yang berbatasan langsung dengan Laut China Selatan. TErmasuk Amerika Serikat dan Inggris yang menempatkan kekuatan militenya di daerah yang mereka sebut sebagai laut bebas internasional.

Indonesia menghadapi hari esok
Lalu yang lebih penting hari ini adalah membicarakan apa yang sebaiknya dilakukan oleh Indonesia dalam  menghadapi masa depannya. Dalam skala global dan jangka panjang, Indonesia akan berhadapan dengan dinamika serta konfigurasi geopolitik dunia yang memindahkan konflik antar bangsa dari Timur Tengah ke kawasan Asia Pasifik. Sementara itu, dalam jangka pendek, indonesia harus menghadapi penerapan berbagai perjanjian perdagangan bebas bilateral, multilateral misalnya pasar tunggal Asean yang menuntut penduduk indonesia lebih kompetitif. Dengan paradigma berpikir outward looking, maka seharusnya bangsa Indonesia memandang dinamika tersebut sebagai peluang untuk menjadi negara besar dan maju. Jalur perdagangan sibuk dunia yang ada di Indonesia misalnya harus dimaksimalkan pengaturannya agar memberi manfaat dan keuntungan bagi masyarakat bangsa Indonesia. Menyiapkan sumber daya manusia kompetitif yang beroritensi global bisa membantu indonesia terhindar dari jebakan kelas menengah yang memang sedang mengancam. Indonesia juga harus memaksimalkan keuntungan demografi   atas komposisi jumlah penduduk produktif jauh lebih besar. Dalam hal praktis misalnya industri berbasis teknologi menjadi syarat mutlak.
Menurut hasil penelitian Bank dunia yang dipublis pada tahun 2011, Indonesia berpotensi menjadi negara maju menyusul Malaysia dan Korea Selatan yang mengalami lompatan dari ekonomi menengah. Namun bukan berarti Indonesia benar-benar terhindar dari status middle income trap jika kualitas sumber daya manusianya tidak di up grade. Dalam kerangka tersebut, maka mahasiswa dan kaum intelektual lainnya memegang peranan penting. Student revolution yang digambarkan oleh Binsar Sianipar dengan fase-fasenya memang perlu diterjemahkan dalam konteks kekinian yang lebih mutakhir. Para pelajar/mahasiswa harus menyiapkan keunggulan competitifnya untuk turut serta dalam pengambilan keputusan atau decision making. 
Dalam perspektif lain, Indonesia juga sebenarnya berada dalam ancaman negara gagal. Lemahnya perlindungan hukum, Penegakan HAM serta pelindungan terhadap kelompok minoritas. Yang lebih terasa benar adalah ketimpangan antara orang kaya dan miskin. Pertumbuhan ekonomi yang dibanggakan perlu dievaluasi seberapa besar ia berdampak bagi masyarakat menengah kebawah. Untuk keluar dari ancaman tersebut, maka konsolidasi demokrasi untuk transisi kepemimpinan nasional menjadi penting.
Indonesia akan menghadapi pemilu pada tahun 2014. Seharusnya pemilu tersebut menjadi momentum strategis untuk mengakhiri transisi demokrasi yang sudah kita kawal. Dibutuhkan integritas dan moral yang baik dari seluruh penyelenggara maupun pemimpin bangsa ini untuk menuju indonesia yang dicita-citakan itu. Indonesia akan semakin disegani dalam percaturan geostrategis global jika pemimpinya mempunyai karakter yang kuat.

Pancasila sebagai pemandu moral dan karakter
Untuk menjalankan seluruh agenda pembangunan nasional  tersebut, harus dibarengi dengan karakter dan moral yang baik. Secara bulat, bangsa ini sudah menyetujui pancasila sebagai dasar bernegara yang bisa menjadi pemandu ideologis bangsa ini mengisi kemerdekaannya. Keberagaman yang sejatinya pemberian dan anugerah Tuhan haruslah diterima dengan ungkapan syukur tanpa harus mempersoalkan dan memaksakan untuk sama. Pancasila sudah mengakomodasi kepentingan seluruh sendi kehidupan berbangsa sehingga haruslah dijiwai dan dijadikan pemandu moral untuk membawah bangsa ini menjadi lebih kuat dan disegani.
Dengan memahami secara benar esensi dan substansi yang diinginkan oleh Pancasila, maka negara ini akan kuat di semua sektor kehidupannya. Pancasila yang lahir dari bumi Indonesia tetap diperlengkapi dengan konsepsi keimanan yang ada dalam hati setiap warga negara.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah memberi komentar