Monday, October 28, 2013

Peace Symposium di Korea

Saya tiba di Incheon International Airport sekitar pukul 07.05 pagi tanggal 24 Oktober 2013. Saya akan menghadiri beberapa kegiatan di Korea Selatan dalam rangkaian 10th World Council of Churches di Busan. Sebelumnya 24-26 Oktober 2013 saya harus menghadiri Peace Symposium di Gyeonggi Do, Seoul. Tanggal 28 - 29 menghadiri Youth Pre-Assembly di Busan dan 30 Oktober -  8 Nov akan menghadiri WCC Assembly dengan pembagian peran secara profesional oleh Christine Housel, WSCF General Secretary selama kegiatan berlangsung.

Teman-teman dari Korean Student Christian Federation (KSCF) sudah menyiapkan penjempuatan di bandara. Dari Airport kami langsung menuju ke tempat berlangsungnya global exco meeting di Gyeonggi Do sekitar 2 jam dari Seoul. Global exco (executive committee) meeting merupakan pertemuan pengurus WSCF Global dari enam region yang ada bersama fulltimer staff. Keenam region tersebut ialah Asia Pasific, Timur Tengah, North America, Eropa, Africa, Amerika Latin dan Caribian. Kantor Regional setiap wilayah WSCF masing-masing berkedudukan di Nairobi, Hong Kong, Budapest, Buenos Aires, Beirut dan Toronto. Untuk Exco member dari Asia Pasific diisi oleh Immanuel Gopalakitnan dari SCM Sri Lanka dan Browyn dari SCM Australia.
Saya dan Tun Tun Oo, sekretaris jenderal  SCM Myanmar berkesempatan untuk mengikuti study meeting mereka di hari ini. Bapak Lee Kyung dari Human Rights Center for Migrant Workers membagi pengalamannya sebagai counselor yang banyak menerima pengaduan dari tenaga kerja luar negeri di Korea. Ia bercerita tentang banyaknya masalah kemanusiaan yang dihadapi tenaga kerja asing termasuk dari Indonesia di Korea.  Mulai dari gaji yang tidak dibayarkan, kendala bahasa dan budaya yang membuat mereka terpaksa mengalami kecelakaan kerja, dan banyak kasus lainnya.
Poin paling penting yang menurut saya perlu pendalaman serius adalah apa yang disampaikan Lee Kyung tentang kaitan aktivitasnya dikaitkan dengan doktrin teologis umat Kristen. Masalahnya (menurut dia) adalah  atas dasar apa  ia sebagai umat Kristen harus banyak membantu para pekerja tersebut bahkan mengadvokasi hingga ke pengadilan sementara mereka mempunyai iman yang  berbeda. Ternyata membantu umat beragama lain di Korea masih menjadi perdebatan di kalangan umat Kristen di Korea. Belakangan saya tahu bahwa ternyata WCC Assembly yang diselenggarakan di Busan Korea Selatan juga ditolak oleh sebagian kelompok Kristen konservatif di Korea. Mereka menggelar demonstrasi di sekitar lokasi kegiatan di Busan.

Saya tidak mampu ingin membagi banyak hal tentang kajian teologis bagaimana menjawab masalah yang dihadapi Lee Kyung di Korea. Namun, Bagi warga gereja di Indonesia, perspektif orang Kristen di Korea tidak lagi menjadi masalah. Meskipun saya kira di beberapa tempat di Indonesia masih menjadi perdebatan. Namun secara pribadi dan tentunya dipengaruhi oleh aktivitas saya dalam gerakan ekumenikal, saya sangat percaya bahwa Tuhan itu baik pada semua orang. Oleh karena itu, ia baik tidak saja kepada orang beragama Kristen tetapi seluruh umat manusia bahkan mahkluk ciptaannya. Ia hadir dan membagi berkatNya, membagi kasihNya kepada siapa saja termasuk mereka yang tidak beragama sekalipun. Sebagai anak-anaknya, kita menjadi katalisator dalam membagi berkat tersebut. Oleh karena itu, jadilah saluran berkat pada semua orang. Melakukan yang terbaik bagi siapa saja berarti kita membiarkan diri kita menjadi alatNya untuk menunjukkan sekaligus menegaskan dan menjadi saksi hidup bahwa Ia (Tuhan) itu baik pada semua orang.
Sesungguhnya ini cerita hari pertama.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah memberi komentar