Thursday, May 14, 2015

Menatap Harapan Kebangkitan RS Banua Mamase



Jika anda pernah mendengar atau dilayani RS Banua Mamase di Mamasa maka anda termasuk beruntung dilayani oleh fasilitas kesehatan milik GTM yang sudah sangat lama merasakan asam garam pelayanan kesehatan. Menurut data Persekutuan Pelayanan Kristen untuk Kesehatan di Indonesia (PELKESI) Rumah sakit ini didirikan pada tahun 1939.
Keberadaan fasillitas ini sangat membantu masyarakat Mamasa dalam memperoleh pelayanan kesehatan terutama di waktu masih bergabung dengan Kabupaten Polewali Mandar. Lalu kapan anda terakhir kali mengunjungi Rumah Sakit itu? Jika anda pernah mengunjunginya dalam beberapa tahun belakangan ini maka saya yakin anda juga merasakan bahwa situasinya sangat memprihatinkan. Sedikit berbagi, sewaktu perayaan 100 tahun injil masuk Mamasa tahun 2013 yang lalu, saya kelabakan mencari obat/alat bantu pernapasan untuk membantu salah satu kerabat yang kambuh penyakit asmanya akibat kedinginan di Mamasa. Rumah Sakit ini sama sekali tidak bisa membantu waktu itu. Itu bagian kecil dari masalah besar yang sedang dihadapi RS Banua Mamase.

Berdasarkan data online kementerian kesehatan, berikut fakta tentang Rumah Sakit Banua Mamase:
1.       Surat Ijin Bupati no. 445/KPTS-95/VIII/2011 yang diperpanjang sampai tahun 2016.  
2.       Akreditasinya tidak terisi (NA/Not Available).
3.       Memiliki 2 tempat tidur kelas I, 5 tempat tidur kelas 2, 8 tempat tidur kelas 3, dan 20 tempat tidur tanpa kelas. Sementara menurut data kementerian kesehatan ini, Rumah Sakit Banua Mamase tidak memiliki tempat tidur untuk kelas 3 Jamkesmas.
4.       Tidak Memiliki satupun Dokter spesialis
5.       Tidak memiliki satupun tenaga perawat
6.       Memiliki 13 tenaga non medik (dengan demikian, kalaupun ada perawat di RS Banua Mamase sekarang mungkin belum tersertifikasi oleh kemenkes sebagai tenaga medik)

Konon RS Banua Mamase hanya memiliki 1 dokter umum yang langsung merangkap sebagai direktur rumah sakit sekaligus kepala dinas kesehatan kabupaten Mamasa. Menurut informasi dari seorang teman yang bekerja di Pelkesi, Rumah sakit ini seharusnya masuk dalam golongan Rumah sakit tipe D.  tetapi dengan fakta-fakta tersebut, maka sesungguhnya fasilitas kesehatan RS Banua Mamase lebih layak disebut sebagai klinik kesehatan. 

Fakta-fakta diatas membuat RS Banua Mamase tidak bisa melayani pasien tidak mampu yang dicover perlindungan kesehatannya oleh BPJS. Padahal Keberadaan RS Banua Mamase terbukti telah sangat membantu masyarakat Kabupaten Mamasa yang penduduknya banyak kurang mampu. Berdasarkan hasil visitasi kementerian kesehatan, ada beberapa komponen sumber daya yang harus dilengkapi RS Banua Mamase untuk mendapatkan penetapan kelas Rumah Sakit Tipe D. Komponen tersebut adalah:

  1. Tenaga Perawat minimal berjumlah 10 orang
  2. Tenaga dokter spesialis minimal 2 orang khususnya spesialis penyakit dalam dan spesialis anak
  3. Alat – alat kesehatan yang sangat dasar dalam pelayanan kamar operasi.

Pengelolah Rumah Sakit dibawah Yayasan Kesehatan Gereja Toraja Mamasa (GTM) di Sulawesi Barat sepertinya dalam setahun 2015 ini belum akan mampu memenuhi persyaratan tersebut. Implikasinya dapat saja Kemenkes menetapkan RS ini sebagai fasilitas kesehatan tipe Klinik. 

Sesungguhnya pemberlakuan kartu BPJS Kesehatan masyarakat menjadi peluang bagi  RS Banua Mamase untuk mendapatkan pembiayaan operasional dengan skema kerja sama dengan BPJS itu sendiri. Melalui kerjasama tersebut, Pasien berkartu BPJS yang dilayani RS Banua Mamase dapat diklaim pertanggungannya oleh RS kepada BPJS. Skema Kerja sama ini menurut hitungan PELKESI dapat membantu RS Membiayai seluruh biaya operasionalnya dan meningkatkan pelayanannya dari tahun ke tahun. Masalahnya sekarang ialah kerja sama itu hanya dapat diwujudkan jika RS Banua Mamase sudah ditetapkan sebagai Rumah Sakit Tipe D oleh Pemerintah.

PELKESI sebagai wadah yang menaungi  lembaga pelayanan kesehatan kristen sudah memetakan jalan untuk melengkapi tiga komponen sumber daya yang dipersyaratkan yaitu membiayai 2 dokter spesialis dan 13 tenaga perawat dengan total anggaran sebesar Rp. 444.000.000,- untuk tahun pertama. Tahun selanjutnya diharapkan akan tertutupi dengan kerja sama setelah mendapatkan penetapan kelas Rumah Sakit Tipe D. Sementara alat kesehatan dapat dipenuhi dengan dukungan dari RS anggota PELKESI yang tersebar di Indonesia. 

Dalam rangka memenuhi kebutuhan pembiayaan tersebut, Persekutuan Pelayanan Kristen untuk Kesehatan di Indonesia (Pelkesi) bekerjasama dengan HFI (Humanitarian Forum Indonesia), GKJ dan @america akan mengadakan konser "Bernyanyi Untuk Perdamaian dan Kemanusaiaan". Konser akan mempersembahkan 3 orang penyanyi dari Amerika Serikat Featuring Elfa Music School Choir. Dalam konser tersebut, Pelkesi akan mempersembahkan profil Rumah Sakit Kristen Banua Mamase dibawah kepemilikan Yayasan Kesehatan Gereja Toraja Mamasa (GTM) di Sulawesi Barat.

Masyarakat umum diundang untuk berpartisipasi menghadiri konser tersebut yang akan dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2015 di @america Pasific Place mall lantai 3 Jakarta Selatan. Konser tersebut gratis tetapi diperlukan undangan untuk bisa masuk. Undangan dapat diperoleh pada Sdr. Renhard  (021-78222235). Atau menghubungi saya melalui melalui blog ini.

Masyarakat juga dapat langsung membantu melalui Rekening Pelkesi dengan menghubungi kantor PELKESI  Tanjung Duren, Jakarta Selatan Telp. 021-78222235.


No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah memberi komentar