Thursday, February 20, 2014

Ringkasan perjalan kedua Kabanjahe - Kutacane




Masih terkait peristiwa di Sinabung pada Bulan Februari 2014. Banyak catatan yang mangkrak di kertas akibat waktu yang tidak cukup. Rasanya 24 jam sehari tidak pernah cukup untuk melakukan banyak hal yang kita inginkan. Ini adalah ringkasan perjalanan kedua. Itu artinya memang ada perjalanan pertama yang menyisahkan banyak kepedihan. Goresan pertama belum sepenuhnya tertuang dalam layar komputer karena waktu yang tidak terlalu banyak. Bulan ini memang tidak ada lagi tugas mata kuliah. Namun ancaman kesibukan lebih besar telah tiba yakni Tesis. 


Setelah kembali dari Kutacane pada tanggal 3 Februari 2014, saya bersama korwil I dan teman-teman mepersiapkan segala sesuatunya di Kabanjahe. Termasuk menjumpai moderamen, media dan sebagainya. Kami juga mempersiapkan dana santunan yang dikumpulkan oleh seluruh civitas GMKI se-tanah air. 

Terima kasih untuk kita semua yang telah berpartisipasi dalam pengumpulan dana untuk keluarga saudara-saudara kita yang gugur dalam pelayanannya di Sinabung, Sumatera Utara tanggal 1 Februari 2014. Dalam perkunjungan kami yang kedua tanggal 6 – 8 Februari 2014, Setelah kami rekapitulasi dana yang terkumpul hingga tanggal 5 Februari 2014,  kita dapat menyampaikan santunan masing-masing Rp. 8 juta kepada tiap keluarga. Kita semua juga menyampaikan terima kasih kepada Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) yang memberikan santunan kepada tiap keluarga. 

Saya menyampaikan salam dan doa seluruh civitas GMKI, Gereja-gereja di Indonesia (PGI), WSCF, Mahasiswa dan seluruh handai taulan yang tergugah jiwa kemanusiaannya atas peristiwa itu kepada keluarga. Keluarga saudara-saudara kita masih sangat memerlukan topangan doa dari kita semua untuk saling menguatkan dalam iman dan pengharapan. Saya menegaskan pada keluarga “bahwa kami  menyadari santunan yang kami berikan sama sekali tidak bisa menghapus kesedihan karena penghiburan sejati kita adalah dari Yesus Kristus yang empunya kehidupan. Nilai santunan kami tidak sebanding dengan pengorbanan, inspirasi dan semangat pengabdian yang digelorakan oleh saudara-saudara kita. Oleh Karena itu, Mahasiswa dan para senior mengumpulkan ini dengan ketulusan disertai doa penguatan, kiranya keluarga berkenan menerima dan bermanfaat.” 

Keluarga sangat terharu dengan solidaritas ini dan mengirimkan salam kepada kita semua. Sesungguhnya banyak pesan dan doa yang juga disampaikan kepada kami namun saya hanya mencatat rangkuman-rangkumannya. Dalam tulisan yang lain semoga saya bisa memuatnya. 

Saya selalu menutup percakapan kami dengan permohonan untuk menerima GMKI sebagai bagian dari keluarga mereka. Siapapun anggota dan senior GMKI menjadi bagian dari keluarga mereka meskipun saudara (i) kita yang menjadi korban sudah tidak hadir secara fisik dalam keluarga itu. Kalimat berulang itu: “Saya memohon ini karena kami tidak punya saudara kandung di sini, tetapi kami punya panggilan pelayanan di sini.” Atasnya, rumah keluarga di Kabanjahe dan Kutacane selalu terbuka. Mampirlah ke sana jika suatu kelak ada tugas atau pekerjaan di Kutacane/Kabanjahe.

Adapun sisa dana yang terkumpul setelah tanggal  5 Februari 2014 akan digunakan untuk; pertama: Membantu pelayanan GMKI Cabang Kutacane. Kedua, mengecat warna biru dan memasang plang di Rumah alm Fitri Napitupulu di Kutacane dan Mahal Surbakti di Kabanjahe sebagai rumah persekutuan GMKI yang dapat terus digunakan oleh kader-kader GMKI untuk panca kegiatannya. Ketiga, melanjutkan pelayanan Fitri Napitulu dkk di Kabanjahe, Tanah Karo dengan mengadakan posko relawan untuk fokus pada  pendidikan anak, hiburan, trauma healing, dan sejenisnya untuk menopang pelayanan gereja yang dilaksanakan oleh GBKP. 

Saya bersama korwil I, Abang Gabarel Sinaga, Rijon Manalu dan Welmar Hutabarat yang datang khusus dari Bogor beserta  80an anggota GMKI dari Medan, Tarutung, Pematang Siantar, Sibolga,  Kabanjahe, Sidikalang, Gunung Sitoli, Teluk Dalam, dan Kutacane menyelenggarakan ibadah dan pelepasan jenasah serta menghadiri pemakaman beberapa korban. 

Atas seluruh proses itu, Secara khusus kami menyampaikan terima kasih kepada
1.      Moderamen GBKP bersama dengan relawannya, Relawan KNPI Tanahkaro, Karang Taruna dan warga setempat yang melakukan evakuasi di Kaki gunung sinabung.
2.    Senior members/friends yang memfasilitasi perjalanan kami. Saya tidak mampu menyebut nama mereka semua satu per satu.
3.     Moderamen GBKP  dan salah satu jemaat HKBP di Kutacane yang menampung kami untuk menginap dalam gedung gereja dalam perjalanan tersebut.
4.      World Student Christian Federation Inter Regional Office dan Asia Pacific Region 
5.    Teman-teman kelompok cipayung dan mahasiswa se tanah air

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah memberi komentar