Sunday, April 29, 2012

Sabarlah Karena Ada Orang Yang Tidak Lebih Beruntung

Foto illustrasi, sumber: foto.detik.com
Sekitar seminggu yang lalu, tepatnya tanggal 22 April 2012, saya pergi ke Taman Mini Indonesia Indah menyaksikan parade Budaya Nusantara dalam rangka Hari Ulang Tahun TMII yang ke - 37 (semoga tidak salah umurnya).
Saya menggunakan Bus Way dengan harapan bisa tiba lebih cepat di sana. Demikian, kira pukul 14.00 saya ke halte Salemba Carolus yang tepat berada di depan Universitas Pertahanan Salemba. Acara parade budaya kabarnya akan dimulai pukul 15.00 sehingga saya rasa ada cukup waktu untuk mencapai tempat itu. Di depan Universitas Pertahanan saya melewati seorang bapak tukang cat duco yang sedang melambaikan tangan ke arah mobil yang lewat mencari pelanggan. Dia berharap ada orang yang lagi membutuhkan jasanya untuk mengecat atau dempul mobil.

Setelah membayar 1 karcis senilai Rp 3.500, saya bergebas ke pintu halte menunggu Bus Ancol - Kp Melayu. Setelah sekitar 10 menit menunggu, Bus belum juga tiba. Saya dan beberapa penumpang lainnya mulai gelisah. Saya mencoba sabar dan menangkan diri. 30 menit berlalu, Bus yang kami tunggu belum juga muncul, bebarapa penumpang mulai menggerutu. Saya merenungkan sejenak mungkin operator Busway kekurangan armada sehingga tenggat waktu tunggunya begitu lama. Atau mungkin sedang dilanda kemacetan parah di sekitar Pasar Senen, atau Sopirnya lagi makan siang yang terlambat. Mungkin juga Busnya sementara melakukan pengisian Bahan Bakar Gas (BBG).

Saya agak lama terbuai lamunan serba "mungkin" hingga akhirnya melepas pandangan ke seberang jalan dan menyaksikan Bapak tukang cat duco tadi. Dengan sabar dan tekun dia tetap melambaikan tangannya berharap ada orang yang membutuhkan jasanya. Tangan kanan menunjuk sobekan spanduk bertulis "Cat Duco" sementara tangan kirinya melambaikan tangan ke arah mobil yang lewat di depannya. Aktivitas itu dilakukannya sepanjang hari dan setiap hari. Bapak itu begitu sabar dan tetap berpengharapan pasti ada orang yang membutuhkan jasanya. Sedari tadi saat saya melewatinya hingga saat ia membuyarkan lamunan saya, Bapak itu belum juga mendapatkan pelanggan. Meski demikian dia tetap sabar dan tak terlihat menggerutu, bahkan sesekali bersenda gurau dengan teman seprofesi dengannya yang berjarak sekitar 50 meter darinya.

Saya tersadar, Sejak pagi bapak itu sabar dan tekun menunggu orang yang membutuhkan jasanya yang belum tentu ada di hari itu. Kesabaran  dan pengharapan itu dimilikinya setiap hari, pagi hingga sore. Saya akhirnya berusaha menguatkan diri untuk meneladani kesabaran sang Bapak di seberang jalan sana. Saya yang baru 30 menit menantikan kedatangan Bus yang sudah pasti akan datang harus mampu lebih sabar. 30 menit masa sulit penuh ketidakpastian yang saya alami hanya sekitar 5% dari waktu yang dimiliki Bapak itu untuk bersabar. Saya harus bisa lebih berpengharapan karena penantian saya lebih pasti dibandingkan dengan penantian Bapak yang belum tentu menjadi kenyataan di hari itu. Benar saja, setelah 1 jam berlalu, akhirnya Bus Way Ancol - Kp Melayu tiba dan Bapak tadi belum juga mendapat pelanggan.

Kadang kita merasa bahwa kesulitan yang kita alami adalah hal tersulit melebihi kesulitan siapapun di bumi ini. Ternyata Tuhan sangat adil, Dia menyusun harmoni kehidupan begitu indah dan sulit dipahami. Sebelum menggerutu dan menyesali perkara - perkara yang kita alami, mari bercermin dalam kehidupan orang lain yang tidak lebih beruntung dari kita.

Salemba 10 flat 21, Jakarta Pusat, Menjelang 29 April 2012

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah memberi komentar